Langsung ke konten utama

BAB 6 Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat

BAB 6 Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat

A. Pengertian Pelapisan Sosial

Kata stratification berasalmdari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosiala dalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat.

Menurut P.J. Bouman, pelapisan social adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntutgengsikemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota masyarakat yang berada di kelas tinggi.Seseorang yang berada di kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.

Pelapisan social merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan social selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan social terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bias berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan social adalah pembedaan antarwarga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas social secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas social tinggi, sedang dan rendah.

Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan social seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang

Masyarakat terbentuk dari individu - individu. Individu - individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompoksosial.

Dengan terjadinya kelompok social itu maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata.
Jika dilihat dari kenyataan, maka Individu dan Masyarakat adalah Komplementer.dibuktikan bahwa:
a) Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya;
b) Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bias menyebabkan perubahan besar masyarakatnya.

Menurut Pitirim A. Sorokin, Bahwa “Pelapisan Masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis)”.
Sedangkan menurut Theodorsondkk, di dalam Dictionary of Sociology, bahwa “Pelapisan Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanent yang terdapat di dalam system sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat) di dalam pembedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan.Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.

Sumber :http://keyrenz.wordpress.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat/

B. Terjadinya Pelapisan Sosial

Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
– Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar daripada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana system itu berlaku.
- Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam system ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Di dalam system organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerjasama dalam kedudukan yang sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).

Sumber :http://ariefsz.blogspot.com/2010/04/terjadinya-pelapisan-sosial.html

Studi kasus

Penutur Berstrata Sosial Tinggi Cenderung Berbicara Lirih
Medan, Kompas - Seseorang yang mempunyai strata social tinggi cenderung bicara lebih lirih dibandingkan dengan strata sosial yang lebih rendah. Makin tinggi kelas social seseorang, makin rendah pula kenyaringan suaranya ketika bertutur.
Hal itu menjadi salah satu simpulan penelitian Tengku Syarfina dalam disertasinya yang berjudul Ciri Akustik sebagai Pemarkah Sosial Penutur Bahasa Melayu Deli pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.Syarfina meneliti sekitar 1.800 file suara penutur bahasa Melayu Deli di Hamparan Perak, Medan Maimoon, Patumbak, Medan Deli, dan Sunggal.
Syarfina membagi kelompok penelitiannya menjadi tiga kelas sosial, yakni kelas atas yang biasanya mempunyai nama Tengku, kelas menengah pada mereka yang bergelar Datuk, dan warga Melayu Deli kebanyakan.
”Kelas tinggi memang lebih lembut,” ujar Syarfina, Senin (23/6).Hasil penelitian itu sudah diuji promotornya, Prof Bahren Umar Siregar, dengan kopromotor Sugiyono dan Prof T SilvanaSinar, pecan lalu, dengan hasil cumlaude.
Dia juga meneliti perbedaan frekuensi suara, durasi, dan intensitas suara pada laki-laki dan perempuan, usia tua dan muda, serta pendidikan tinggi, menengah dan dasar pada penutur Melayu Deli. Hasil penelitian menunjukkan, laki-laki mempunyai suara lebih rendah, sementara perempuan lebih nyaring.
Sementara orang muda bersuara lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua dan mereka yang berpendidikan tinggi bersuara lebih nyaring dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.
Frekuensi penggunaan bahasa Melayu Deli justru lebih banyak dituturkan warga Melayu kebanyakan dibandingkan dengan mereka yang berkelas tinggi.Meskipun demikian, peneliti merasa penutur bahasa Melayu Deli terancam punah.Ia memperkirakan, dua generasi lagi penutur bahasa Melayu Deli akan hilang.
Hal itu terjadi karena banyak anak-anak yang menggunakan bahasa Indonesia, terutama anak-anak dari perkawinan beda etnis. Jika pernikahan terjadi dalam etnis yang sama, bahasa Melayu Deli masih digunakan dalam keseharian. (WSI)

Sumberhttp://nasional.kompas.com/read/2008/06/24/01213865/penutur.berstrata.sosial.tinggi.cenderung.berbicara.lirih

Opini
Nama : MaretaPuspitasari
Npm : 14111286
Kelas : 1KA32
Opini : Strata sosial antara masyarakat tinggi dan rendah memang sangat dapat jelas dilihat. Seseorang yang mempunyai strata social tinggi cenderung bicara lebih lirih dibandingkan dengan strata sosial yang lebih rendah. Makin tinggi kelas social seseorang, makin rendah pula kenyaringan suaranya ketika bertutur. Kita bisa dilihat dari aspek latar belakang mereka, dengan mudahnya kita dapat mengetahui strata sosial nya lewat tutur bicara saat mereka sedang dalam percakapan. Sama hal nya dengan warga melayu deli mereka yang berkelas tinggi cenderung berbicara lirih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Dalam Bermasyarakat Dan Penerapan Hukum Perdata dan Pidana Dalam Contoh Kasus Etika

A. Perihal Etika Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.  Dapat disimpulkan bahwa etika adalah: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Secara terminologis, De Vos mendefinisikan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral). Sedangkan William Lilliemendefinisikannya sebagai the normative science of the conduct of humanbeing living in societies is a science which judge this conduct to beright or wrong, to be good or bad. Sedangkan ethic, dalam bahasa Inggris berarti system of moral principles. Istilah moral itu sendiri berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores), yang berarti juga kebiasaan dan adat ...

Kode Etik Profesi Hakim (Bagian 2)

BAB III KOMISI KEHORMATAN PROFESI HAKIM Pasal 6 1. Susunan dan Organisasi Komisi Kehormatan Profesi Hakim terdiri dari :     a. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat.     b. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah. Ketua : salah seorang Ketua Pengurus Pusat IKAHI merangkap anggota. Anggota : Dua orang anggota IKAHI dari Hakim Agung. Anggota : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI yang bersangkutan.   Sekretaris : Sekretaris Pengurus Pusat IKAHI merangkap Anggota. Ketua : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI merangkap anggota. Anggota : Seorang anggota IKAHI Daerah dari Hakim Tinggi. Anggota : Ketua Pengurus Cabang IKAHI yang ber­sangkutan. Anggota : Seorang Hakim yang ditunjuk Pengurus Cabang IKAHI yang bersangkutan. Sekretaris : Sekretaris Pengurus Daerah IKAHI merang­kap Anggota. 2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat terdiri dari 5 (lima) orang dengan susunan : ...

DEFINISI, TEORI & TIPE – TIPE KEPEMIMPINAN

A.     Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993). 1. Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok Mumfrrord (1906-1907) : “kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa individu dalam kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala sosial “. Cooley (1902) : “pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan di lain pihak, seluruk gerakan sosial bila diuji secara teliti akan terdiri atas berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut”. Redl (1942) : “pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok” Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”. Knickerbocker (1948) : “kepemimpinan adalah fungsi dari...