Langsung ke konten utama

Pandangan Mengenai Konflik

II. Pandangan Mengenai Konflik
Konflik bisa timbul karena faktor – faktor sebagai berikut  :
1.      Persepsi : konflik ada karena persepsi berbeda dari pihak – pihak yang bersangkutan.
2.      Pertentangan  : konflik timbul karena adanya pertentangan kepentingan.
3.      Kelangkaan  : konflik terjadi karena sumber – sumber adanya tidak tak – terbatas.
4.      Blokade  : konflik didorong oleh perilaku suatu pihak yang memblokir pencapaian tujuan dari pihak lain.
5.      Perbedaan cara  : konflik juga bisa terjadi karena perbedaan cara untuk mencapai tujuan yang sama.
Pada hakekatnya terdapat dua pandangan utama mengenai konflik, yaitu  :
1.      Pandangan tradisional  : setiap konflik akan mengganggu kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Karena itu konfllik selalu mengandung pengertian negative, jelek dan destruktif . Tanggung jawab manajemen adalah mencegah timbulnya konflik.
2.      Pandangan interaksional  : konflik memberikan dorongan terjadinya perubahan dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Tanpa konflik, suatu organisasi akan statis, apatis dan tidak tanggap. Namun , agar konflik dapat fungsional maka harus terkendali.
Teori pandangan konflik menurut T. Hani Handoko :
a.       Pandangan Lama :
1.      Konflik dapat dihindarkan
2.      Konflik disebabkan oleh kesalahan – kesalahan manajemen dalam perancangan dan pengelolaan organisasi atau oleh pengacau.
3.      Konflik mengggangu organisasi dan menghalangi pelaksanaan optimal.
4.      Tugas manajemen adalah menghilangkan konflik.
5.      Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan penghapusan konflik.
b.      Pandangan Baru  :
1.      Konflik tidak dapat dihindarkan.
2.      Konflik timbul karena banyak sebab, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan yang tidak dapat dihindarkan, perbedaan dalam persepsi dan nilai – nilai pribadi dan sebagainya.
3.      Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam berbagai derajat.
4.      Tugas manajemen adalah mengelola tingkat konflik dan penyelesaiannya.
5.      Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderet.
lanjutan tulisan selanjutnya....http://coretaneta.blogspot.com/2012/10/sebab-sebab-timbulnya-konflik.html


Sumber :
Irham, Fahmi (2012). Manajemen. Penerbit ALFABETA.
Kertonegoro, Sentanoe (1994). Manajemen Organisasi. Jakarta : P.T WIDYA PRESS JAKARTA.


Komentar

  1. http://www.jobcostaccountancy.com/2015/06/cost-calculation-of-department.html

    BalasHapus
  2. http://www.belajarketik.com/2015/06/optimalkan-kinerja-microsoft-excel-2007.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alasan Perlunya Kode Etik

Alasan Perlunya Kode Etik Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian di wakilkan dalam sebuah bentuk aturan (kode) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa di fungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang dari kode etik.  Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial itu sendiri. Maka selanjutnya ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat.Beberapa alasan tersebut adalah menurut Adams., dkk (Ludigdo, 2007) : Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu-individu dapat berperilaku secara etis. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu men

Etika Dalam Bermasyarakat Dan Penerapan Hukum Perdata dan Pidana Dalam Contoh Kasus Etika

A. Perihal Etika Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.  Dapat disimpulkan bahwa etika adalah: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Secara terminologis, De Vos mendefinisikan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral). Sedangkan William Lilliemendefinisikannya sebagai the normative science of the conduct of humanbeing living in societies is a science which judge this conduct to beright or wrong, to be good or bad. Sedangkan ethic, dalam bahasa Inggris berarti system of moral principles. Istilah moral itu sendiri berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores), yang berarti juga kebiasaan dan adat (Vos